Halaman

Selasa, 20 September 2011

Berlarilah, Sekarang!

Glenn Cunningham berumur delapan tahun ketika ia mengalami kecelakaan. Ia dan kakaknya Floyd sedang menyalakan tungku pemanas sekolah ketika tiba-tiba tungku tersebut meledak dan menewaskan Floyd. Glenn sedang berada di pintu sehingga ia selamat, tapi ketikamenyadari bahwa Floyd masih di dalam, Glenn berlari masuk untuk menyelamatkannya. Ia gagal, bahkan kedua kakinya terbakar hebat.
Kedua kakinya menjadi lumpuh dan tidak bisa merasakan apa pun. Dokter menyarankan agar kedua kakinya diamputasi, tapi sambil menangis Glenn memohon agar kakinya tidak dipotong. Orang tuanya tidak tega dan menuruti keinginannya sehingga kakinya selamat dari amputasi. Dalam hatinya, Glenn yakin suatu saat ia akan dapat berjalan lagi.
Kedua kaki Glenn bengkok dan semua jari kaki kirinya hilang. Setelah perban dibuka, kedua orang tuanya bergiliran mengurut kakinya setiap hari meskipun hampir tak ada perubahan. Tapi beberapa bulan kemudian Glenn mencoba berdiri dan berjalan dengan dibantu oleh ayahnya. Kakinya tetap diurut setiap hari dan kemudian Glenn Cunningham yang tadinya kata dokter 'tidak mungkin dapat berjalan lagi' kini bisa berjalan.
Glenn masih merasa kakinya lemah sehingga ia ingin menguatkan kakinya. Ia mulai berlari pada setiap kesempatan. Ia berlari ke sekolah, ia berlari ketika mengikuti paduan suara, ia berlari ke toko daging, ia berlari di lapangan, ia berlari mencari kayu bakar dan berlari pulang dengan kedua tangan penuh kayu. Ia tidak pernah berjalan apabila ia bisa berlari.
Lima tahun kemudian, ketika berumur 13 tahun, ia memenangkan gelar juara lari di Morton County Fair. Sejak itu ia semakin sering mengikuti kejuaraan lari dan selalu berhasil menjadi pemenang. Glenn Cunningham menjadi juara lari bukan karena kakinya kuat, bahkan kaki itu pernah hampir dibuang. Glenn menjadi juara karena ia berlari pada saat semua orang berjalan.
Melisa sebenarnya senang berolah raga, terutama bela diri. Ketika ia bertemu pelatih yang sangat baik, ia rajin berlatih. Seumur hidupnya ia tidak pernah bisa melakukan split dengan salah satu kaki di depan yang yang lain di belakang.
Dengan usia yang sudah hampir mencapai empat puluh tahun, ia merasa sudah terlalu tua dan tak mungkin bisa melakukan split. Tapi ia tetap rajin berlatih. Tanpa disadarinya pada suatu hari ia tiba-tiba bisa split.
Dalam keheranannya ia cuma bisa bengong melihat dirinya split. Gurunya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ia mampu melakukannya karena ia terus berlatih. Usia ternyata bukan halangan. Ia tidak santai berjalan, tapi ia berlari.
Nana merasa sangat beruntung ketika diterima bekerja di sebuah supermarket. Tapi kemudian ia merasa cepat lelah. Ia harus berdiri berjam-jam setiap hari. Setiap pulang kerja kakinya terasa sakit dan kaku. Ia mulai sering menggerutu. Tak lama kemudian ia mulai sering terlambat datang. Karena merasa tidak suka dengan pekerjaannya, ia merasa tertekan. Ia jadi kurang suka makan sehingga badannya semakin kurus.
Pada saat yang bersamaan rekannya Mila dan Sapto tetap bekerja dengan baik. Bahkan Mila sangat rajin. Ia datang paling pagi, ia rajin berkeliling untuk mengecek barang dan kebersihan. Ia tidak pernah menggerutu. Kalau ditanya apakah ia tidak merasa lelah, ia hanya tersenyum dan menjawab: "Ya, tentu saja". Herannya, Mila tetap rajin.
Mila menghormati penyelianya dan banyak menggali ilmu darinya. Pada saat Nana merasa rendah diri untuk berkomunikasi dengan atasannya dan memilih menghindarinya, Mila justru sering meminta nasehatnya atau mengajak atasannya bertukar pikiran. Di saat Nana malas dan duduk bersembunyi di pojok, Mila rajin berkeliling membantu para pelanggan dan menyapa mereka dengan ramah. Tanpa disadari Mila semakin matang, caranya berkomunikasinya juga semakin baik. Ia tidak merasa rendah diri lagi pada saat berhadapan dengan orang lain. Wajahnya memancarkan semangat dan keramahan yang membuat orang lain semakin menyukainya. Pada saat Nana hanya berjalan, Mila berlari.
Untunglah Sapto melihat kemajuan Mila dan berusaha bersikap positif seperti Mila. Ia pun berlari. Ia telah melihat hasil yang dicapai Mila. Bowo sangat ingin bekerja sebagai sopir, tapi sayangnya ia kurang pengalaman. Akibatnya ia kurang mengenal jalan-jalan di Jakarta. Ia juga tidak hapal lokasi gedung-gedung perkantoran atau mal besar.
Tapi ketika ia diterima bekerja sebagai sopir di sebuah toko bahan bangunan, ia sangat senang. Ia tidak ingin gagal. Setiap saat ia menghafal jalan-jalan yang dilaluinya.
Ia tidak pernah malu bertanya. Ia membeli peta Jakarta dan menghabiskan berjam-jam setiap malam untuk mempelajarinya di rumah. Dalam waktu hanya satu setengah bulan sejak ia diterima bekerja ia sudah menguasai hampir 70% jalan-jalan di Jakarta. Kini ia tidak pernah bingung lagi karena ia dapat menjalankan pekerjaannya dengan sangat baik. Ia tidak hanya berjalan, ia telah berlari.
Banyak pelaku bisnis yang sukses menerapkan ilmu ini. Berlarilah pada saat orang lain berjalan, maka kita akan mencapai hasil lebih banyak. Run! Man! Run! ("Run four Your Success" oleh Lisa Nuryanti, Pemerhati Etika Dan Kepribadian)
atau mau sukses akhirat... "Berdirilah/qiyamlah menghadap Rabb mu pada saat orang lain tidur... " run! akhi! run!......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar